Backpackingan mengeksplore Mekong dengan rute Luang Prabang – Chiang Khong menggunakan longboat menyisakan cerita yang sayang bila tidak dituliskan.
Kami berkenalan dengan Mr. Lin, yang kemudian kami menyebutnya Bapa Taiwan. Tampaknya dia ketua rombongan grup Taiwan. Hari pertama di longboat sama sekali tidak saling sapa, karena grup kami lebih banyak berbaur ngobrol dengan para remaja USA dan mojok di belakang perahu sambil memperhatikan si Italian Fotografer ganteng yang terus menerus menegak Lao Beer dan tidak pernah lepas dari kamera.
Hari ke-2 di longboat, para remaja Amerika itu lebih asik main kartu remi sambil mendengarkan lagu. Grup kami yang kebagian duduk di kursi depan, bersebelahan dengan grup Taiwan dan pasangan senior Jerman. Obrolan pertama dengan Mr. Lin ketika ia menanyakan bekal makanan kami yang tergeletak di atas meja untuk satu hari di perahu.
“Apakah ada resto halal di Pakbeng?” tanyanya sambil menunjuk bekal kami.
Teman saya jawab, “Ada, saya nemu 2. Kami membelinya di salah satunya”
“Good.” Ia mengangguk
Saat waktu makan siang tiba, dia bersama istri dan rombongan -mereka ber-6- mempersiapkan makanan siang.
“Istri saya belanja di pasar apapun yang terlihat”. (Pantesan tas logistiknya besar amat😅)
“Kami hanya membeli steaky rice dan roti di hotel terakhir, lalu kami mengolahnya sendiri. Walaupun ada banyak resto halal saat ini di segala penjuru, tapi untuk perjalanan seperti ini, menyusuri roadless travel, akan sulit bila kita tidak mengusahakan sendiri.”
Dia berbicara terus sambil memberikan saya beberapa gulungan sushi yang telah dibuat istrinya.
“Apakah anda moslem?” Saya bertanya, baru nyadar…
“Ya, kami sekeluarga moslem Taiwan, bagi moslem segalanya akan jadi masalah bila kita tidak mengupayakan sendiri. Tapi bila dinikmati, sebenarnya segala upaya ini malah menjadi bagian dari petualangan itu sendiri.”
Diam-diam saya merasa kagum. Selalu ada pelajaran dari setiap perjalanan. Lalu topik beralih menjadi kota yang akan kami kunjungi. Ternyata tujuan mereka sama, ke Chiang Rai lalu ke Mae Sai dan berharap bisa bertemu kami kembali.
Kami masih bersama sampai imigrasi di Chiang Khong. Kemudian berpisah. Kami tidak bertemu di Mae Sai, tapi dia sempat mengirimkan beberapa foto resto halal di Chiang Mai, mesjid di Mae Sai dan Chiang Mai, termasuk foto selfi kami di perahu.😊
Satu kalimat yang saya ingat darinya. ‘Sebuah prinsip itu memang harus diupayakan.’
Selamat mencontoh 💚
@BrahmaTanti
17.11.19